Pikun adalah istilah untuk menyebut orang yang selalu pelupa atau mudah lupa. Dalam istileh medis, Pikun juga disebut dengan Demensia. Hal ini dimulai dari penurunan kemampuan otak yang mencakup kemampuan memori otak atau daya ingat dan kemampuan bahasa. Pikun merupakan penyakit yang terjadi seiring bertambahnya usia, artinya semakin tua usia seseorang maka resiko mengalami pikun juga akan semakin tinggi. Namun penyebab pikun yang sebenarnya masih belum diketahui secara pasti, hanya saja diperkirakan sekitar 70% kasus demensia/pikun disebabkan penyakit Alzheimer – Anda mungkin pernah mendengar istilah Demensia Alzheimer, yaitu demensia yang diakibatkan karena penyakit alzheimer. Pada penderita Alzheimer, hal ini ditemukan adanya gangguan fungsi syaraf setidaknya 3 dari 5 fungsi syaraf yaitu bahasa, pemahaman, memori, emosi, dan penglihatan.
Mengenal Alzheimer, penyakit Gangguan Otak yang paling bertanggung jawab terhadap kepikunan atau demensia
Penyebab Alzheimer
Alzheimer merupakan penyakit degenerasi saraf dan dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan epidemiologi, yaitu kelompok penderita di usia kurang dari 58 tahun dan lebih dari 58 tahun. Dan berdasarkan jenis kelamin, dikatakan resiko pada wanita lebih besar 3 kali lipat jika dibandingkan laki-laki. Hal ini kemungkinan karena gambaran dari usia harapan hidup wanita lebih lama daripada pria.
Usia yang semakin tua, kegemukan, depresi, dan tekanan darah tinggi semuanya memiliki konsekuensi kesehatan yang negatif – dan studi baru mengungkapkan bahwa kondisi-kondisi seperti ini juga dapat meningkatkan resiko terkena penyakit Alzheimer.
Faktor resiko umum
Peneliti dari University of California, San Francisco mempelajari kesamaan faktor resiko pada para pasien Alzheimer, sehingga orang lain dapat menurunkan penyakit ini. Temuan yang dipublikasikan dalam Journal of Neurology, Neurosurgery & Psychiatry, mengungkapkan bahwa faktor risiko genetika/keturunan yang menyebabkan sekitar 2/3 dari kasus Alzheimer diseluruh dunia. Tim peneliti menganalisa lebih dari 300 penelitian yang difokuskan pada faktor risiko Alzheimer secara spesifik, dan mempersempitnya menjadi sembilan faktor resiko yang paling umum :
- Kegemukan
- Penyempitan Arteri
- Pendidikan yang rendah
- Depresi
- Tekanan darah tinggi
- Kelemahan/daya tahan tubuh lemah
- Kebiasaan mer*kok
- Homosistein (asam amino) yang berlebihan
- Diabetes Tipe 2 (Hanya populasi Asia)
Tahun 1906 ketika Dr Alois Alzheimer pertama kali melihat gumpalan abnormal pada jaringan dan serat dalam otak yang kusut pada seorang wanita yang meninggal karena penyakit mental yang tidak biasa. Gejala seperti Alzheimer pada pasien saat ini, termasuk kehilangan memori(pelupa), masalah bahasa, dan perilaku tak terduga. Sejak itu, dokter belum menemukan obat untuk gangguan otak yang dikenal menghilangkan daya ingat, kemampuan berpikir, dan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas yang sederhana.
Pencegahan Kepikunan
Para peneliti menemukan bahwa cara terbaik untuk melindungi otak adalah dengan mengikuti diet sehat seperti diet Mediterania, yaitu diet yang kaya akan lemak ikan (kaya omega-3), sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Yang lainnya adalah vitamin (Vitamin C, A,B, E) dan hormon tertentu yang dirancang untuk mengurangi tekanan darah tinggi juga bisa membantu menurunkan risiko terkena Alzheimer. Berikut hal-hal yang dapat menekan resiko untuk penyakit ini :
- Selalu menyukai tantangan hidup.
- Perangsangan yang terus menerus adalah salah satu kunci untuk membangun dan mempertahankan sel saraf, mengurangi kehilangan daya ingat maupun akibat Alzheimer.
- Mencari pekerjaan yang menarik, baik pekerjaan profesional atau pekerjaan sosial, memiliki hobi, selalu aktif dalam kehidupan sosial, kegiatan spiritual, dan belajar hal lain seperti musik, latihan, bahasa asing, atau ilmu komputer.
- Mengkonsumsi suplemen seperti vitamin C dan E, asam folat dan vitamin B.(konsultasikan kepada dokter atau ahli kesehatan)
- Menggunakan rempah untuk bumbu memasak seperti Jahe, kunyit, dan cabe merah.
- Menkonsumsi asam lemak omega 3 (banyak terdapat pada ikan salmon, sarden, bijian, dan kacang-kacangan).
- Mengkonsumsi buah dan sayuran segar.
- Menggunakan minyak nabati tidak jenuh seperti minyak bunga matahari, minyak jagung, dll.